Bismillah...
Bisa dikatakan, pada dasarnya, istilah “Islam progresif”, “Islam Liberal”, “Islam sekuler”, “Islam reduksionis”, “Islam akomodatif”, dan sejenisnya sebenarnya merujuk pada “makhluk yang sama”, yaitu tentang “Islam yang tunduk atau tersubordinasikan kepada barat”. Adalah menarik. Dalam tulisannya di harian Republika (17-18 Juli 2001), yang berjudul “Islam Liberal dan Masa Depannya”, Komaruddin Hidayat menyatakan bahwa ekspresi pemikiran liberal dalam politik adalah menolak formula klasik, dengan contoh ekstremnya antara lain terlihat pada Ali Abdur Roziq dan Kemal Attaturk.
Komaruddin menulis, “Namun, kendati sangat apresiatif terhadap peradaban barat, mereka tetap berpandangan bahwa kebebasan berpikir dan berekspresi tetap harus berpijak pada nilai-nilai Islami .Dengan kata lain, pemikiran liberal menekankan pada substansi kemanusiaan dan universalisme Islam, yang itu nantinya akan bergesekan dengan warisan pemikiran ortodoks yang sangat teguh pada komitmen terhadap simbol-simbol agama dan bercorak skripturalis. Di Indonesia, Soekarno dan Muhammad Hatta adalah contoh yang tidak bisa diabaikan. Karena itu Indonesia, meskipun mayoritas penduduknya muslim, tidak menjadikan Islam sebagai dasar Negara.”
Dimasukkannya Kemal Attaturk dan Soekarno ke dalam barisan Islam Liberal semakin memperjelas sosok Islam Liberal, bahwa gerakan ini memang merupakan gerakan sekularisasi, yang merupakan rangkaian gerakan oleh Ali abd Raziq, Kemal Attaturk, Soekarno, Nurkholis Madjid, dan Ulil Abshor Abdalla. Tentu dengan segala variannya masing-masing .
Untuk memperjelas, bisa disimak tindakan Kemal Attaturk di Turki saat ia berkuasa. Turki secara tegas menyebut dirinya sebagai Negara sekuler . UUD Turki pasal 1 menegaskan, Turki adalah Negara (1) Republik, (2) Nasionalis, (3) Kerakyatan, (4) Kenegaraan, (5) Sekularis, (6) Revolusioneris. Karena itulah, hal-hal yang dianggap membahayakan prinsip sekuler akan diserang.
Islam yang dipeluk oleh 99% rakyat Turki diaggap sebagai suatu ancaman paling potensial yang dapat menghancurkan prinsip sekuler tersebut. Apalagi, kenyataan menunjukkan bahwa Islam ternyata tidak pernah mati di Turki, meskipun segala macam cara telah dilakukan untuk “mensekulerkan” rakyat Turki. Bahasa Arab diganti bahasa Turki, lembaga pendidikan agama ditutup, wanita dan pria dipaksa berpakaian ala barat, huruf arab diganti huruf latin , kalender Islam diganti dengan kalender masehi, dan sebagainya. Pada Desember 1995, partai Refa yang “berhaluan” Islam menang dalam pemilu, dengan meraih 21% suara.
Proses sekularisasi Turki secara resmi dimulai dengan proklamasi Negara republik Turki pada tanggal 29 Oktober 1923. Mustofa Kemal terpilih sebagai presiden pertama, ia lalu mengganti nama menjadi Kemal Attaturk (Bapak bangsa Turki). Attaturjk ingin menjadikan Negara Turki modern yang berdasarkan kebudayaan barat. Setelah berkuasa, ia melakukan reformasi agama. Sejak awal, meskipun dilakukan dengan paksa, tidak semua keinginan berhasil. Upaya untuk mengganti bacaan sholat dengan bahasa Turki gagal diwujudkan. Hanya adzan untuk pertama kalinya secara resmi dikumandangkan dalam bahasa Turki pada bulan Januari 1932. Fakultas teologi ditutup dan diganti dengan institut riset Islam pada tahun itu juga. Tahun 1935, libur mingguan hari Jumat diganti dengan libur mingguan mulai pukul 01.00 hari Sabtu sampai hari Senin pagi. Menurut prof. Mukti Ali, rencana untuk mensekulerkan Turki sejak awal memang tidak sukses .
Para pemimpin sekuler Turki modern selalu menerangkan bahwa reformasi yang mereka lakukan tidaklah ditujukan untuk melawan Islam, tetapi hanya ingin mengakhiri kekuasaan para ulama’. Menempatkan Islam subordinasi terhadap Negara juga menunjukkan kepercayaan yang mendalam dari orang-orang sekularis bahwa Islam bertanggung jawab terhadap kemunduran dan keterbelakangan bangsa Turki .
Jika reformasi agama tahun 1928 itu berhasil, maka akan lahirlah versi modern dari Islam yang didasarkan pada nasionalisme, filsafat, dan sains.ia akan merupakan Islam lain diluar batas-batas Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Para reformis Turki menolak ciri universal Islam. Kesultanan atau kekhilafahan yang universal diganti dengan Negara nasionalis Turki .
Pada mulanya, mereka juga bermaksud mengubah masjid menjadi gereja Islam modern, tetapi ternyata mustahil dilaksanakan, sebagaimana halya usaha untuk menjadikan bahasa Turki sebagai bacaan sholat. Masyarakat menentang keras upaya tersebut. Yang kemudian berhasil adalah perubahan Aya Sofya (Hagia Sophia), gereja Byzantium,menjadi museum. Gereja ini telah dijadikan masjid oleh Sultan Muhammad II . “Sukses” sekularisasi lainnya adalah penggunaan bahasa Turki untuk adzan tahun 1932. Adzan versi Turki ini disiapkan oleh himpunan linguistic dan disiarkan oleh kantor kepresidenan urusan agama. Melodi adzan versi Turki disetujui oleh konserfatori musik nasional, Ankara.Tahun 1933, keluar keputusan pemerintah yang menyatakan bahwa adzan dalam bahasa arab merupakan pelanggaran,
Gagasan sekularisme Attaturk dalam bidang kenegaraan pada dasarnya berupa pemisahan agama dari Negara. Menurut Attaturk, apabila agama dipergunakan untuk memerintah masyarakat, ia senantiasa dipergunakan sebagai alat dalam tangan raja diktator untuk menghukum pemisahan agama dengan Negara akan menyelamatkan bangsa dari malapetaka .
Pemisahan agama dari Negara dimulai tahun 1928 dengan menghapus artikel–artikel dari konstitusi Turki yang menyebutkan bahwa agama Negara adalah Islam. Sebelumnya , tahun 1924, biro Syaikh Al-Islam dihapuskan. Begitu juga kementrian syariat dan mahkamah syariat. Proses ini dimaksudkan untuk menggusur otoritas syariat dan meletakkan kedaulatan rakyat secra mutlaq. Negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama. Sembilan tahun kemudian, 1937,prinsip sekularisme dimasukkan kedalam konstitusi Turki, sehingga resmilah Turki menjadi Negara republic sekuler ‘
Dalam soal perkawinan, hukum perkawinan tidak lagi dilakukan sesuai dengan syariat Islam, tetapi dilakukan sesuaio hukum sipil yang diadopsi dari swiss (Swiss Civil Code). Wanita mendapat hak cerai sama dengan laki-laki. Poligami dilarang. Secara hukum, wanita muslimah mendapat hak untukmenikah dengan pria non muslim. Hak untuk pindah agama juga dijamin undang-undang. Menurut James A.Bill dan Carl Laiden, bentuk serangan Attaturk terhadap agama yang penting adalah politil nasionalis – revolusioner yang diterapkannya melalui semboyan “ Turki adalah bangsa Turki” . Mereka mencatat, “As important Attatruk’s direct attack on Religion was his political nationalist revolution of Turkey for the Turks”.
Tahun 1924 dikeluarkan UU penyatuari pendiikan yang mewajibkan seluruh sekolah berada di bawah pengawasan kementrian pendidikan. Madrasah-madrasah ditutup dan diganti dengan sekolah yang membina imam dn kitab. Selanjutnya,pendidikan ditiadakan di sakolah-sekolah perkotaan padatahun 1930 daaaan di sekolah-sekolah pedesaan pada tahun 1933. Pelajaraan Arab dan Persia di hapus pada tahun 1923. Pada tahun ini juga tulisan Arab diganti dengan tulisan latin.
Di bidang budaya, proses sekuralisasi-juga westernisasi-di lakukan antara lain dengan pelarangan penggunaan topi adat turki,Terbus, tahun 1925. Sebagai gantinya dianjurkan pemakaian topi Baraat. Pakaian kkkkeagamaan juga di larang dan rakyat turki, baik pria maupun wanita,diharuskan mmenggenakan pakaian barat.
Menurut harun nasution, gagasan attaturk berdasar pada westernisme, sekuralisme, dan nasionalisme. Dalam salah satu pidatonya, attaturk mengatakan kelanjutan hidup di dunia peradaban modern menghendaki dari suatu masyarakat supaya mengadakan perubahan dalam diri sendiri. Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan membawa perubahan terus menerus, bangsa yang bertegang teguh pada pemikiran dan tradisi tua lai usang, tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat turki harus diubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksi oner harus di hancurkan.
Attaturk menjalankan menjalankan pemerintahan secara dictator. Ia tak segan segan menghukum mati orang-orang yang enggan kepada pemerintahan Kemalis. Pada tanggal 13 Juli 1926, 15 orang di gantung di muka umum. Tahun 1930, 800 orang anti Kemalis. Tahun 1931 keluar peraturan yang melarang media masa mengeluarkan propaganda yang dianggap membahayakan pemerintahan Kemais.
Soekarno memang dikenal sebagai pengagum berat Kema Attaturk. Apa yang dilakukan Attaturk meskipun menindas Islam, dipuji-puji oleh Soekarno. Dalam majalah Pandji Islam –pimpinan tokoh Masyumi Zainal Abidin Ahmad- nomor 13 dalam 13 tahun 1940, bung karno menulis sebuah artikel berjudul “memudakan Islam’’. Dalam tulisannnya Bung karno memuji langkah-langkah sekuralisasi yang dijalankan Attsturk di turki.
Bung karno menyebut langkah pemisahan agama dari ngara Attaturk sebagai langkah ”paling modern” dan “paling radikal”. Kata Bung karno, “agama di jadikan urusan perorangan. Bukan Islam itu di hapuskan oleh orang turki, tetapi Islam itu diserahkan kepada manusia-manusia turki iu sendiri, dan tidak kepada Negara. Karena itu, salahkah kita kalau kita mmengatakan bahwa turki anti agama, anti-Islam. Salahkah kita kalau kita samakan Turki itu dengan, misalnya,Rusia”
Mengutip frances WoodsmalL, Bun karno mencatat, “The attitude of modern turkey towords Islam has been anti- ortodoks,or anti-ecclestiacial,rather than ati-religious…The validity of Islam as a personal belief has not been denied. There has been no cessation of the services in the mosque, or rather religious observance.” (Turki modern adalah anti kekolotan,antiekliestikal (model kekuasaan gereja / ulama’) ,teyapi tidak anti agama. Islam sbagai kepercayaan individual tidaaaaaaak di tolak. Sembahyang di masjid tidak di larang, malahaan ketaaan pada agama pun tidak di larang).
Menurut sukarno, apa yang dilakukan turki sama apa yang dilakukan Negara-negara Barat. Di Negara-negara seperti inggris, Prancis, Belanda, Jerman, dan lain-ain, urusan agama di serahkan pada individu pemeluknya. Agama menjadi urusan pribadi, dan tidak di jadikan sebagai urusan Negara, tidak di jadikan sebagai agma resmi Negara. Untuk memperkuat pendapatnya, Soekarno mengutip pendapat Halide Edib Haanoum dalam bukunya Turkey faces West, “kalau Islam teracam bahaya kehilangan pengaruhnya di atas rakyat turki, maka itu bukan karena tidak diurus oleh pemerintah…Umat Islam terikat kaki tanganya dengan rantai kepada politiknya pemerintah itu. Hal ini adalah suatu halangan yang besar sekai buat kesuburan dslam di turki… Dan bukan saja di turki, tetapi dimana saja, dimana pemeritah campur tangan didalam urusan agama, disitu ia menjadi suatu halangan besar dapat dienyahkan.
“Karena itu, menurut pemimpn-pemimpin turki, justru buat kesuburan Islam itu, maka Islam di merdekakan dari pemeliharaan pemerintah. Justru buat kesuburan Islam, maka kholifah di hapuskan, lantor komesariat syariat di tutup. Kode (undang-undang) Swiss sama sekali diambil oper buat pengganti hukum famili yang tua. Bahasa Arab dan huruf Arab yang tidak dimengerti oleh kebanyakan rakyat turki diganti dengan bahasa turki dan huruf latin. Seluruh pergaulan hidup, terutama kedudukan perempuan, dipermodern oleh Negara, oleh Negara tidak menanya lagi, “Diperbolehkan atau tidak, aturan ni oleh syari’at?” Umat, yang tidak lagi takut-takut bertabrakan dengan Negara ditentang urusan Agama-oleh karena negara memang tidak campur tangan lagi di dalam urusan agama-lamtas mempermodern pula agama itu. Adzan kini ia dengungkan dengan bahasa Turki. Qur’an sama sekali diturkikan, sebagai mana Bijbel dibelandakan atau di inggriskan, kedudukan perempuan dimerdekakan juga dari ikatan-ikatan kekolotan.” Kata Soekarno, memuji langkah-langkah sekuralisme Turki.
Menggutip pendapat Muhammad Essey Bey, Mentri kehakiman Turki saat pengoperan Civiele Code swiss, Soekarno menyebutkan, “Manakala Agama dibuat memerintah masyarakat-masyarakat manusia, ia selalu di pakai sebagai alat penghukum di tangan raja-raja, orang orang Zalim, dan orang-orang tangan besi. Manakala zaman modern memishkan dunia dari banyak kebencanaan, dan ia memberikan kepada agama itu satu singgasana yang maha kuat di dalam kalbu kaum yang percaya”.
Jadi, simpul Soekarno, buat keselamatan dunia dan buat kesuburan Agama-bukan untuk mematikan agama itu-urusan dunia diberikan kepada pemerintah dan urusan agama diberikan kepada yang mengerjakan agama. “Greef den keizer wat des keizers is, en god wat Godes is,” Kata Soekarno mengutip Bijbel.
Siapa Kemal Attaturk? Tokoh sekuler ekstrem ini dilahirkan Tahun 1881 di daerah Solanika, Ali riza bekerja sebagai pegawai kantor di kota itu, dan ibunya Zubaidah, seorang yang taat bragama dan selalu memakai purdah. Maryam Jameela, dalam bukunya “Islam dan modernidasi mencatat bahwa Ali Riza adalah seoraang pecandu alkohol. Sebagaian penulis Barat menyebutkan, kemal adalah anggota Free masonry, organisasi rahasia yahudi yang di dirikan di London, 1717. Dalm buku Wajah dunia Islam, Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakkil, (1998;314), menyebutkan bahwa Kemal juga merupakan tokoh organisasi “Persatuan dan kemajuan ” yang mayoritasnya anggotanya adalah orang-orang yahudi. Orang -orang Turki menamakan orang-orang yahudi dengan sebutan “Dunamah”, yang beratti kafir atau ateis.
Dalam bukunya, Islam versus The West, (1994:32), Maryam Jameeela mencatat perbedaan antara dua tokoh sekuralis Yurki, yaitu Ziya Gokalp dan Attaturk. Ziya Gokalp, menuntut Jameela, selalu tampil sebagai muslim yang baik. Sedangkan, Attaturk tidak menyembunyikan dirinya sbagai seorang ateis.” In contrast to Kemal Attaturk who made no secrect of theism atheisme, Ziya gokalpalways regarded himself as a good Moslem,” tulis maryam Jameela, seorang keturunan yahudi Amerika yang sebelum masuk Islam bernama Margaret Marcus. Attaturk meninggal pada 10 November 1938 pada usia 57 tahun. Jenazahnya di simpan di museum Etnografi Ankara hingga tahun 1953, lalu disimpan ke Mosulimnya.
Hingga kini, warisan sekuralisme Attaturk masih dikeramatkan di turki. Menggenakan jilbab di kantor pemerintah dan parlemen masih tetap di larang. Inilah buah sekuralisme atau libealisme Islam yang kini dibangga-banggakan o;leh kaum liberal. Jika Kemal Attaturk yang menindas Islam di katakan sebagai “liberal” maka sulit untuk tidak menyatakan bahwa “Islam liberal” memang ancaman bagi kebangkitan Islam.
[al-Misyk@t]
Liberalisme II; Liberalisme Kemal Attaturk
Jumat, 29 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar