Kesesatan Islam Liberal

Sabtu, 18 Desember 2010

Oleh: Sudarto Umar Faruq

I. ISU TERKINI.


Ulil Abshor Abdalla dalam artikelnya diharian Kompas yang bertajuk “Menyegarkan Kembali Pemkiran Islam”, kemudian diberitakan ulang oleh seorang wartawan Suara Merdeka A. Adib, Rabu,18 Desember 2002 yang isinya mengangkat tema–tema klasik yang dulu sudah di gembor–gemborkan oleh pendahulu–pendahunya, dan kini kami rangkum dalam bab dibawah ini.


II. RECEK ILMIYAH


1. Kebekuan Pemikiran Islam
Islam sangat menjunjung hak berpendapat, sampai mengharamkan usaha-usaha penghilangan fungsi akal dengan cara mengkonsumsi narkoba, miras, dan lain-lain. Allah berfirman :

يا أيها الذين آمنوا إنما الخمر والميسر والأنصاب والأزلام رجس من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلحون.
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Tapi kebebasan berfikir dibatasi pada doktrin- doktrin yang ijtihadi tidak sampai mengambah kepada doktrin yang qoth’i (fundamental) sebab disitulah akal manusia diuji mengakui kehamba-annya atau tidak. Dan lucunya, dia malah mengajak kelompok-kelompok yang kontra dengannya untuk berdialog, dengan menembus batas-batas ruang diskusi yang mustahil dilakukan. lalu apakah dengan mencari kelemahan ayat-ayat qishos, jihad, rajam, kekafiran yahudi nasrani, dia mengajak berdialog? inikan sama saja memper-masalahkan, keotentikan Al-qur`an, padahal qur’an diturunkan untuk diimani dan diamalkan bukan untuk diragukan dan diingkari dengan menggelar forum diskusi. Rosulullah SAW bersabda :

المراء في القرآن كفر ( رواه أبو داود )

2. Kesederajatan Universal
Hak beragama, hidup, punya keturunan, kepemilikan barang, berbicara, serta ekspresi budaya yang kesemuanya merupakan hak asasi manusia, Islam melindunginya dengan pranata-pranata samawi yang suci. Tapi tidak harus diseragamkan seperti ma’na adil yang kenal manusia, manusia sengaja diciptakan dengan beraneka kekurangan dan kelebihan untuk saling melengkapi. Doktrin-doktrin yang melarang kawin beda agama, kedudukan non-muslim yang dibedakan, kepemimpinan laki-laki terhadap wanita dituduh tidak manusiawi tadak menghormati emansipasi wanita, diskriminatif. Tapi coba kita pikir apakah rumus adil produk manusia ittu sama dengan rumus Allah ? Tentu jawabannya tidak, sebab alam semesta ini sepenuhnya milik Allah bukan seperti manusia yang hak-haknya dibatasi, jadi apapun yang dilakukan Allah itu adalah keadilan hakiki. Allah berfirman :

لله ما في السموات وما في الأرض
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”

Logikanya, Allah berhak memberikan kelebihan-kelebihan spesifik terhadap hamba-hamba-Nya yang taat dan memberi sanksi terhadap mereka yang berpaling dari tuntunan-Nya.

Jadi kalau wanita dipimpin pria itu adil, karena kapasitas fisik serta rohani lebih memungkinkan dibanding wanita, fisik wanita jelas, rohaninya kurang karena setiap bulan ada gangguan dalam ibadahnya. Firman Allah :

الرجال قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم على بعض وبما أنفقوا من أموالهم (النساء: 34)
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”

Perkawinan beda agama, dihawatirkan aqidah sipelaku yang muslim terkontaminasi atau justru hanyut dalam agama lain yang menyengsarakan mereka ke neraka. Allah berfirman :

ولا تنكحوا المشركات حتى يؤمن ولأمة مؤمنة خير من مشركة ولو أعجبتكم، ولا تنكحوا المشركين حتى يؤمنوا ولعبد مؤمن خير من مشرك ولو أعجبكم، أولئك يدعون إلى النار (البقرة: 221)
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguh-nya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke syurga dan ampunan dengan izin-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil palajaran.”

Perlakuan non-muslim yang dibedakan, ini merupakan sinyal abstrak alam rahim untuk menginngatkan persaksian mereka terhadap Tuhannya. Didalam Al qur’an Allah menyeritakan persaksian mereka.

وإذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم، قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة إنا كنا عن هذا غافلون. (الأعراف: 172)
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman); “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke-Esa-an Tuhan).”

Disitu manusia ketika akan diberi ruh oleh Allah disuruh bersaksi bahwa Allah-lah Tuhannya, tapi setelah didunia mereka lupa (kafir) terhadap janjinya. Jadi kalau dalam pemerintahan Islam mereka diwajibkan membayar pajak (jizyah) ittu adalah keadilan Allah. Firman Allah :

قاتلوا الذين لا يؤمنون بالله ولا باليوم الآخر ولا يحرمون ما حرم الله ورسوله ولا يدينون دين الحق من الذين أوتوا الكتاب حتى يعطوا الجزية عن يد وهم صاغرون. (التوبة: 29)
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah). (yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk.”

3. Sekulerisme
Islam adalah Quran dan Nabi Muhammad, dalam mengemban tugas suci ini beliau selalu berpijak pada ajaran-ajaran Al-Quran, tak terkecuali sebagai seorang pemimpin negara Madinah. Memang dalam Al-Quran tidak disebut secara jelas model pemerintahan Islam, tapi kita diperintahkan untuk mengikuti Rosulullah dalam segala hal, sampai pada ajaran-ajaran yang berbau ekspresi budaya, seperti jubah, jenggot, jilbab. Allah berfirman :

قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم. (آل عمران: 31)
“Katakanlah! “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang.”

Begitu pula masalah model pemerintahan, Muhammad disamping sebagai seorang Nabi juga sebagai komandan perang, ini dapat kita lihat di surat Al Anfal ayat 65 :

يا أيها النبي حرض المؤمنين على القتال. الآية
“Hai nabi, Kobarkanlah semangat para mu’min itu untuk berperang…”

Juga sebagai pengendali perekonomian negara, dalam surat al-Hasyr; 07 disebutkan :

...كي لا يكون دولة بين الأغنياء منكم...الآية
“…supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu..”

juga sebagai penjaga stabilitas keamanan, ini dapat kita lihat dalam Al-An’am: 82:

الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون.
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Dan Rasulullah adalah pemimpin orang-orang yang beriman.

4. Semua Agama Itu Sama
Islam menjamin hak beragama, (agama samawi yang memiliki kitab suci) seperti yang tersebut dalam Surat Al-Baqoroh 256: Laa Ikraaha fiddin, tapi toleran seperti itu sebatas pengakuan keberagama-an orang lain, tidak sampai pada kenyakinan bahwa semua pengikut agama sama-sama menuju kebenaran. Kalau demikian, lalu apa gunanya seorang memilih dan menyakini diantara sekian agama?. Kalau teori ini diteruskan, maka bisa dipratekkan sehari Islam, lain hari budha misalnya, dan ini tidak masalah karena semuanya benar, padahal itu merupakan toleransi intern yang mustahil terjadi, sebab menimbulkan kemurtatan.

Jadi fanatisme agama adalah naluri manusia yang tidak bisa dipungkiri, sebab ketika kita sudah masuk suatu agama, pasti yakin inilah yang benar, yang lain batil. Seperti Nabi Ibrahim ketika mencari Tuhannya, pertama, dia menganggap bintang sebagai Tuhannya, lalu bulan, dan matahari, Karena benda-benda inilah yang menerangi alam semesta, namun setelah semuanya tenggelam, beliau diberi petunjuk Allah bahwa Tuhannya adalah Pencipta Langit dan Bumi, bukan yang disembah kaumnya. Allah mengabadikannya dalam surat Al-An’am ayat 74-82. Pengakuan Nabi Ibrahim pada ayat 79 :

إني وجهت وجهي للذي فطر السموات والأرض حنيفا وما أنا من المشركين.
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku pada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.”

Jadi kebenaran itu satu, karena Tuhan itu hanya satu, mereka yang berbuat syirik terhadap Allah itulah yang sesat, sehingga logis sekali kalau dalam Alqur’an ada ayat-ayat seperti:

إن الدين عند الله الإسلام. الآية
“Sesungguhnya agama (yang diridloi) di sisi Allah hanyalah Islam.”

ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين. (آل عمران: 85)
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Karena inilah satu-satunya agama yang meng-Esa-kan Allah, sebab rasio tidak menerima kalau Tuhan itu lebih dari satu.

5. Didunia Yang Berlaku Hukum Manusia Bukan Hukum Tuhan

Ini salah satu contoh pemikirannya yang matrealistis, yang hanya menganggap kehidupan adalah didunia ini saja, sebab Allah dianggap tidak mempunyai wewenang mengurusi dunia, semua diserahkan secara otonom kepada manusia. Jadi, hukum yang dipakai adalah murni produk akal manusia, padahal manusia hanya bisa menganalisis kemaslahatan-kemaslahatan-nya didunia saja, lantas bagaimana setelah tidak didunia?, tidak ada yang tahu, padahal kemaslahatan-kemaslahatan hakiki itu diakhirat nanti dan yang tahu hanya Allah.

Coba kalau doktrin-doktrin qishos, rajam, jihad dituduh mengahambat program kelestarian manusia, potong tangan dituduh memperbanyak data tangan buntung, jilbab dituduh kurang gaul, lalu pembunuhan keji tanpa dosa, ekspansi wilayah, pemerkosaan, sanksi apa yang membuat mereka jera, faktanya semakin jauh manusia dari hukum-hukum Allah semakin banyak tindak-tindak yang bertentangan dengan hak asasi manusia.

Jadi hukum-hukum Allah yang harus dipraktekan manusia di dunia adalah untuk membimbing mereka menuju kesempurnaan hidup di akhirat kelak, tanpa ada teror kematian, sehingga program kelestarian hidup manusia akan terwujud. Mari kita simak ayat-ayat berikut :

يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم القصاص في القتلى ...الآية (البقرة: 178)
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishoh berkenan dengan orang-orang yang dibunuh.”

ولكم في القصاص حياة يا أولي الألباب لعلكم تتقون (البقرة: 179)
“Dan dalam qishoh itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal supaya kamu bertaqwa.”

كتب عليكم القتال وهو كره لكم، وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم، وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم، والله يعلم وأنتم لا تعلمون. (البقرة: 216)
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

والسارق والسارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا نكالا من الله، والله عزيز حيكم. (المائدة: 38)
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha perkasa lagi bijaksana.”

الزانية والزاني فاجلدوا كل واحد منهما مائة جلدة، ولا تأخذكم بهما رأفة في دين الله إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر، وليشهد عذابهما طائفة من المؤمنين. (النور: 2)
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah. Jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”

عن أبي هريرة وزيد بن خالد الجهني رضي الله تعالى عنهما أن رجلا من الأعراب أتى رسول الله  فقال: يا رسول الله، أنشدك الله إلا قضيت لي بكتاب الله تعالى، فقال الآخر- وهو أفقه منه -: نعم، فاقض بيننا بكتاب الله وأذن لي، فقال: قل قال إن ابني كان عسيفا على هذا فزنى بامرأته وإني أخبرت أن على ابني الرجم فافتديت منه بمائة شاة ووليدة، فسألت أهل العلم فأخبروني أن على ابني جلد مائة وتغريب عام وأن على امرأة هذا الرجم. فقال رسول الله : والذي نفسي بيده لأقضين بينكما بكتاب الله الوليدة والغنم رد عليك وعلى ابنك جلد مائة وتغريب عام واغد يا أنيس إلى امرأة هذا فإن اعترفت فارجمها.( متفق عليه )

Rumus paramedis mengatakan “Tindakan pencegahan lebih efektif dari pada pengobatan”, kalau kita memakai teori ini berarti uasaha pencegahan pelanggaran hak-hak asasi manusia lebih baik dari pada tindakan penyelesaian setelah pelanggaran HAM merajalela. Dan inilah tuntunan Allah, jauh-jauh sebelum ada mahluk manusia Allah telah memberi sinyal merah dalam bentuk larangan-larangan-Nya dengan sanksi-sanksi yang jelas agar umat manusia menjauhinya. Jadi tidak cukup kalau hanya dengan menggelar Deklarasi perlindungan HAM, demo anti narkoba, kampanye pemakaian kondom yang katanya untuk mencegah penularan virus HIV tapi justru melegalkan praktek perzinaan di planet bumi ini untuk menghentikan praktek pelanggaran HAM yang sudah merajalela di dunia.

6. Mengkritik Kelompok Yang Memperjuang-kan Syariat Islam Sebagai Generasi Yang Malas Berfikir

Ini juga terlalu over, sebab kalau kita mengaku muslim, pasti merasa hutang jasa pada kelompok ini, yang bersedia mewakili kewajiban Amar Ma’ruf Nahi ‘Anil Munkar. Mereka ingin syariat jihad, qishos, rajam, potong tangan, penarikan zakat mal, hukum cambuk, bisa dipraktekan dibumi ini, dan itu semua tidak mungkin tanpa peran aktif Daulah Islamiyah, dan inilah inti perjuangan mereka yaitu mewujudkan Daulah Islamiyah. Kelompok militan seperti ini, dijadikan musuh abadi Islam Liberalis, sebab kalau misi kelompok militan ini berhasil, maka hancurlah dominasi Barat di dunia internasional, dan itu merupakan tanggungjawab kontributor-kontributor Islam Liberal sebagai kepanjangan tangan Orientalis Barat, maka dengan berbagai cara akan mereka lakukan untuk menghambat gerak Islam militan.

Sebagai pihak yang berhutang jasa, mestinya minimal kita menyampaikan terima kasih pada kelompok militan, tidak malah memusuhi. Tapi mungkin karena masih punya hutang jasa sama orang lain (Orientalis Barat) yang belum lunas pembayarannya, jadi mereka belum sempat membayar hutang jasanya pada teman sendiri. Dan kita do’akan semoga cepat lunas, sehingga bisa bersama lagi. Amin !

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pejuang-pejuang syariat yang terhimpun dalam organisasi-organisasi atau gerakan-gerakan, kami minta maaf, karena belum bisa bergabung dengan kalian, sebab generasi-generasi yang kita miliki sekarang belum bayak yang benar-benar bermoral Islam. Buktinya yang menolak syariat Islam dijadikan hukum positif negara itu ternyata teman-teman kita sendiri, jadi untuk masa sekarang ini menurut kami yang paling ideal adalah meramaikan ( menggenjot kwalitas dan kwantitas ) Tarbiiyah Islamiyah ‘ala Thoriqotis Salafis Sholeh, bukan membuat organisasi atau gerakan, sebab hanya dari sinilah nanti bisa diharapkan genersi-generasi yang benar-benar bermental akhirat, sehingga perjuangan Islam akan menuai kesuksesan. Tapi kapan itu? …..

Inilah yang membuat mayoritas pemikir malas menengok teori ini, apa lagi untuk mensosialisasikan sekaligus mempraktekannya, padahal ini adalah teori patent yang setiap orang berakal mengakui kevaliditasannya.

Coba lihat, berangkat dari teori inilah Rosulullah SAW berhasil mengantarkan para Shohabat dan Tabi’in mencapai masa keemasan Islam, puncaknya pada tahun 13 H, awal kepemimpinan Umar Ibnul Khottob R.A. berhasil membebaskan Baitul Maqdis (bumi para Nabi yang menjadi sengketa tiga agama samawi) dari cengkraman kaum Salibis Romawi, yang secara idealis aqidah agama samawi, umat Islamlah yang berhak mewarisinya, tapi secara historis, Yahudi mengklaimnya sebagai pewaris tunggalnya, sebab Nabi Isro’il (Ya’qub)-lah yang membangun Baitul Maqdis lebih dari 40 tahun setelah Nabi Ibrohim as. membangun Baitul Harom (Ka’bah), dan secara geografis, Nasroni juga mengklaim sebagai pewaris yang sah, sebab disitulah tempat dilahirkan Nabi Isa as. Kemudian setelah terjadi degradasi generasi Islam, akhirnya Baitul Maqdis direbut kembali oleh kaum Salibis (491 H.). Kemudian muncul-lah mujahid Islam, yaitu Sulthon Nuruddin As-Syahid dan Sholahuddin Al Ayyubi, apa yang dilakukannya ?…., ternyata beliau tidak langsung menggerakkan massa untuk memerangi tentara Salibis, tapi malah mendirikan Ma’had-Ma’had, Madrasah-Madrasah, bahkan Sholahuddin Al-Ayyubi turun sendiri menjadi salah satu Ustadz, malah terkadang menjadi murid. Nah… dari generasi-generasi inilah tahun 583 H. Sholahuddin Al Ayyubi berhasil membebaskan kembali Baitul Maqdis dari ekspansi tentara-tentara Salib.

Ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita yang ingin mengulang masa-masa keemasan Islam, tapi jalur yang kita tempuh harus terang dan jelas (Tarbiyah Islamiyah), walupun kita tak pernah tahu kapan suksesnya? dan itu merupaka resiko jalur lurus!, tapi kalau kita potong kompas, memakai jalur pintas, tanpa melihat kualitas generasi kita, apakah mental akhirat sudah benar-benar tertancap pada jiwa mereka atau belum?, langsung menggerakan masa, menyampaikan aspirasi dengan menggelar demonstrasi, bahkan mungkin ada yang merakit Bom, ini semua malah berbahaya, sebab kita akan dituduh subversif, makar terhadap pemerintah, zionis internasional mengambing hitamkan kita dengan sebutan “teroris”, malah kalau ada korban dari pihak pemerintah (aparat keamanan) berarti seakan-akan kita memposisikan birokrasi sekarang ini “kafir” yang wajib diperangi, padahal mereka itu sholat seperti kita. Jadi, jangan ikut-ikutan seperti pejuang-pejuang pembebas Palestina, karena yang dihadapi mereka itu jelas kafirnya yaitu Zionis Yahudi. Kita harus bisa menta’wil, mungkin mereka (birokrasi Indonesia) kurang faham tentang Islam, atau di bawah tekanan zionis internasional. Sebaliknya, kalau korbannya dari pihak demonstran, ini juga berbahaya, sebab seakan-akan demonstrasi itu subversif (Bughot) yang harus diperangi, padahal para demonstran itu belum tentu sudah memenuhi kreteria bughot, sebab biasanya mereka tidak bersenjata.

Jadi walaupun secara logika potong kompas lebih cepat daripada jalur lurus, tapi untuk sampai ketujuan teori pontong kompas pun tidak bisa menjamin, walaupun menjanjikan perjalan expres, tapi untuk sampai di stasiun, apakah secepat perjalanannya? ….dan kalau mencermati resiko perjalanan, teori potong kompas lebih banyak resikonya dibanding teori jalur lurus.

Jadi inilah jalan yang membutuhkan kesabaran dan keuletan sejati. dan itulah perintah Alqur`an.

يا أيها الذين آمنوا إن تطيعوا فريقا من الذين أوتوا الكتاب يردوكم بعد إيمانكم كافرين (آل عمران: 200)
“Hai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”

III. SEKILAS ISLAM LIBERAL

Pada tahun 1973 M, dua ahli Islamologi Amerika, Fazlur Rohman dan Leonard Binder ke Indonesia. Mereka berkeliling ke Kampus-kampus Jakarta, mencari bibit intelektual muda untuk di godok di negeri sentral Yahudi, tepatnya di University of Chicago. Setelah beberapa lama berkeliling, mereka menemukan seorang pemuda, Nurcholis Madjid. Pemuda lulusan pondok Gontor dan IAIN ini, akhirnya di ajak mereka mengadakan proyek penelitian (1976 M) yang didanai Ford Foundation dan selanjutnya diberi beasiswa untuk melanjutkan studi Pasca Sarjana dan Doktoralnya disana.

Riset kedua tokoh ini melibatkan puluhan ahli dan sarjana untuk meneliti lima masalah pokok.

Pertama: Pendidikan agama dan perubahan peran ulama dalam Islam.

Kedua: Syariat dan kemajuan ekonomi

Ketiga: Keluarga dalam masyarakat dan huukm Islam masa kini

Keempat: Islam dan masalah legalitas politik

Kelima: Perubahan konsepsi-konsepsi stratifikasi di dalam masyarakat muslim masa kini.

Negeri-negeri muslim yang dipilih untuk riset itu adalah: Indonesia, Pakistan, Mesir, Turki, Iran dan Maroko. Hasil riset ini kemudian dibukukan oleh Rohman dalam karyanya “Islam and Modernity”: Transformation of an Intellectual Tradition (1982 M), sedangkan Binder menuliskannya dengan judul: “Islamic Liberalism” pada tahun 1988 M.

Pada tahun 1984 M. Nurcholis Madjid menyelesaikan doktoralnya dengan desertasi yang berjudul: “Ibn Taymiya on Kalam and Falsafah; A Problem of Reason and Revelation In Islam”. Mungkin sebagai balas budi, ia kini terus menjalin hubungan dengan negeri tempat belajarnya itu dengan merangkul Ford Foundation, untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dipimpinnya di Paramadina, baik berupa sekolah, yayasan, universitas, penerbitan buku, jaringan internet dan kajian-kajian, serta pengiriman mahasiswa untuk study Islam ke Barat. Seperti gurunya, dimana-mana ia kampanye soal sekulerisme, Islam pluralis, beragamalah inklusif jangan eksklusif, Yahudi dan Nasrani juga “ Islam” (penyamaan agama), partai Islam No, dll. Kader-kadernya di Paramadina pun tak kalah agresif dengannya, seperti: Qomaruddin Hidayat, Budi Munawar Rohman, Sukidi dll. Sayap yang lebih agresif dan radikal adalah Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan kader-kader mudanya: Ulil Abshor Abdallah, Lutfi As-Syaukani, Deni JA, Ahmad Sahal dll.

1. Definisi Islam Liberal.
Liberalisme agama, menurut Binder adalah memperlakukan agama sebagai pendapat dan karenanya mentolelir keanekaragaman dalam bidang yang justru diyakini hitam putih oleh kaum teradisionalis. Menurutnya, agama dan politik boleh jadi tidak tergolong sebagai dua realita hidup yang berlainan, namun keduanya tidak bisa dipahami secara persis. Agama dapat diserap melalui nurani, sedangkan politik dipahami menggunakan nalar.

Dengan sudut pandang yang demikianlah, maka apapun yang tidak bisa dinalar akan disisihkan dari wacana politik rasional.

Kesimpulannya, paham liberal adalah mencampur adukkan semua agama tanpa membedakan apa yang samawi dan non samawi.

2. Misi Islam liberal.
Dalam latar belakang pendirian JIL dinyatakan kehawatiran akan bangkitnya “Extrimisme” dan “fundamentalisme” agama sempat membuat orang kawatir akhir-akhir ini. Jadi, JIL bertujuan untuk melawan atau menghambat gerakan Islam militan atau Islam fundamentalis. Gejala yang menunjukan perkembangan seperti itu memang cukup banyak, munculnya sejumlah kelompok militan Islam, tindakan pengerusakan gereja (juga tempat ibadah yang lain), berkembangnya sejumlah media yang menyuarakan aspirasi Islam militan, penggunaan istilah jihad sebagai alat pengesah serangan terhadap agama lain, dan semacamnya, adalah beberapa perkembangan yang menandai bangkitnya aspirasi keagamaan yang extrim tersebut. Selain itu, JIL juga berterus terang ingin menghambat kekompok-kelompok yang berjuang untuk menerapkan syari’at Islam.

3. Ciri-ciri Islam Liberal.
Liberalisme agama, menurut Binder adalah memperlakukan agama sebagai pendapat dan karenanya mentolelir keaneka-ragaman dalam bidang yang justru di yakini hitam-putih oleh kaum tradisionalis. Menurtnya, agama dan politik boleh jadi tidak tergolong sebagai dua realita hidup yang berlainan, namun keduanya tidak bisa dipahami secara persis. Agama dapat diserap melalui nurani, sedangkan politik dipahami menggunakan nalar. Dengan sudut pandang yang demikianlah, maka apapun yang tidak bisa dinalar akan disisihkan dari wacana politik rasional.

Professor William Liddle menyatakan Islam liberal atau Islam substansialis punya empat ciri,

Pertama; Mereka percaya bahwa isi dan substansi ajaran agama Islam jauh lebih penting daripada bentuk dan labelnya. dengan menekankan substansi ajaran moral, sangat mudah bagi kaum substansialis ini untuk mencari common ground denganb penganut agama dan kaum moralis lainnya untuk membentuk aturan publik bersama.

Kedua; mereka percaya, walau Islam (Alqur`an) itu bersifat universal dan abadi, namun ia tetap harus terus menerus diinterpretasi ulang untuk merespon zaman yang terus berubah dan berbeda. Zaman pasca industri menjelang abad ke 21 ini jelaslah berbeda secara ekonomi, politik dan kultur, dengan zaman ketika Islam pertama kali turun di era sebelum industri, lebih dari seribu tahun.

Ketiga; Mereka percaya karena keterbatasan pikiran manusia, mustahil mereka mampu tahu setepat-tepatnya kehendak Tuhan. kemungkinan salah menafsirkan kehendak Tuhan harus terus hidup dalam pikiran mereka. dengan sikap ini, mereka akan lebih bertoleransi atas keberagaman interpretasi dan membuat dialog dengan pihak yang berbeda. kompromi untuk hal-hal yang bersipat publik, yang mengatur kehidupan bersama, lebih mudah dilakukan . kesediaan berkompromi adalah salah satu sokoguru demokrasi.

Keempat; Mereka menerima bahwa bentuk negara indonesia sekarang yang bukan merupakan negara Islam adalah bentuk final. dengan keyakinan ini, mereka tak akan berupaya mendirikan negara Islam yang menjadikan negara sebagai instrumen agama Islam saja. netralitas negara terhadap pluralias agama diindonesia akan sangat mudah diterima.

4.Tokoh-tokoh Islam Liberal.
Dalam internet milik mereka ada sejumlah nama sebagai berikut :

-Nurcholis Majid, Universitas Paramadina Mulya Jakarta,
-Charles Kurzman, University of North Carolina,
-Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
-Abdullah Laroui, Muhammad, V University Maroko,
-Masdar F. Mas’udi, Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat Jakarta,
-Gunawan Muhammad, majalah Tempo Jakarta,
-Edward Said, Johan Efendy, Deakin, university Australia,
Abdullah Ahmad Annaim, University of Khartoum Sudan,
-Jalaluddin Rohmat, Yayasan Mutthohhari Bandung,
-Asghor Ali Engineer, Nasarudin Umar, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
-Muhammad Arkoun, University of Sorbone Prancis,
-Komarudin Hidayat, Yayasan Paramadina Jakarta,
-Sadeq Jalal Azam, Damascus University Suriah,
-Said Aqil Siradj, PBNU Jakarta,
Denny JA, Universitas Jayabaya Jakarta,
-Rizal Mallarangeng, CSIS Jakarta,
-Budhi Munawar Rahman, Yayasan Paramadina Jakarta,
-Ihsan Ali Fauzi, Ohio university AS,
-Taufik Adnan Amal, IAIN Alauddin Ujung Pandang,
-Hamid Basyaib, Yayasan Aksara Jakarta,
-Ulil Absor Abdalla, Lakpesdam NU Jakarta,
-Luthfi Assyaukani, Universitas Paramadina Mulya Jakarta,
-Saiful Mujani, Ohio State AS,
-Ade Armando, Universitas Indonesia Depok Jakarta,
-Samsurrijal Panggabean, Universitas Gajah Mada Jakarta.

Mereka inilah kontributor-kontributor JIL yang diperlukan untuk mengkampanyekan program penyebaran gagasan keagamaan yang plularis dan inklusif. Program ini mereka sebut “ Jaringan Islam Liberal “.

IV- PENUTUP.
Kepada segenap kaum muslimin yang dimulyakan Allah, Nabi Muhammad telah bersabda :

لاتزال طائفة من أمتى ظاهرين على الحق لايضرهم من خذلهم ولا من خالفهم الى قيام الساعة (رواه البخاري )

Fitnah ini (serangan anak didik orientalis yang terorganisir dalam JIL melalui pemikiran-pemikiran miringnya), telah memecah kita menjadi tiga kelompok :

Pertama; Kelompok yang mendapat predikat juara Dhohirina ‘ala al-Haq, ini kelompok elite, mereka adalah yang memerangi pemikiran-pemikiran Islam liberal

Kedua; Kelompok diskreditor (Man Khodzalahum), mereka adalah kelompok yang cuek menghadapi serangan-serangan pemikiran liberalis.

Ketiga; Kelompok cuek (Man Khoolafahum), mereka adalah barisan jaga jarak (golput), selalu menjaga netralitas dari dua kelompok yang pro dan kontra.

Terakhir, ini adalah realita yang berbenturan dengan idealisme, dan itulah rumus sunnatullah agar stabilitas aqidah Islam terjaga. Disebut dalam Alqur`an :

ولولا دفع الله الناس بعضهم ببعض لفسدت الأرض ولكن الله ذو فضل على العالمين. (من سورة البقرة: 251)
“…seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia yang di(curahkan) atas semesta alam.”

Dan benturan tadi bisa mendorong munculnya Ahlul Haq yang terpanggil untuk mengemban tugas suci ini sebagai penerus generasi Assabiquunal al-Awwaluun mina al-Muhajiriin wa al-Anshoor yang tersebut dalam QS. Al-Taubah; 100:

والذين اتبعوهم بإحسان رضي الله عنهم ورضوا عنه وأعد لهم جنات تجري تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا، ذلك الفوز العظيم. (التوبة: 100)
“Dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridlo kepada mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. itulah kemenangan yang besar.”

Wallahu a’lam bi al-Showab
REFERENSI :
Al-Qur`an.
Bukhori, Hadits.
Muslim, Hadits.
Abu Dawud, Hadits.
Ibnu Taimiyah, Tsalatsu Rasail filjihad.
Ibnu Katsir, Tareh Albidayah wan Nihayah.
Dr. Said Romdhon Al Buthi, Al-Jihad fil al-Islam.
Media Dakwah, edisi 333

Dzulhijjah 1422, H, Maret 2002.

0 komentar: